MULANG SARI




            Mulang Sari adalah sebuah usaha bakso yang sudah sangat populer di kota Garut. Usaha ini didirikan oleh Bapak H. Lili yang lahir pada tahun 1945, seorang pria lulusan sekolah dasar bersama sang istri Ibu Hj. Ade Mariam yang lahir pada tahun 1957, wanita yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan. Meskipun demikian, mereka dapat menjadi pengusaha yang sukses seperti sekarang.
Mereka memulai usaha pada tahun 1975 memakai roda keliling di kota Bandung dengan nama “SAWARGI”. Tujuan awal usaha ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Satu tahun kemudian mereka berpindah ke kota Garut tepatnya berjualan di Pasar Baru. Awal mula berjualan bakso, mereka mengalami beberapa kali kebangkrutan dengan alasan modal yang sangat minim.
            Pada tahun 1982 usaha bakso Bapak H. Lili beserta istrinya mengalami kemajuan yang sangat pesat, bakso mereka cukup laris dikalangan masyarakat kota Garut. Hal ini tidak begitu lama terjadi, mereka harus mengalami kebangkrutan kembali karena meletusnya Gunung Papandayan . Sejak terjadinya bencana tersebut, sepasang suami istri ini tidak melanjutkan usaha baksonya, mereka beralih menjadi petani dan menggarap sawah. Hal inipun tidak berlangsung lama karena mereka selalu mengalami gagal panen. Jiwa bisnis Bapak Lili ini memang tidak pernah hilang, mereka kembali memulai usaha bakso yang sempat mengalami kegagalan tersebut. Modal yang mereka gunakan adalah hasil dari “Samping” yang mereka gadaikan didaerah Ciledug.
            Rintangan yang mereka hadapi tidak begitu saja, pada tahun 1984 mereka harus mengikuti transmigrasi ke Kalimantan. Disana mereka membuat usaha baru yaitu membuat kerupuk, pada saat itu banyak sekali orang yang tidak menyukai usahanya, rintangan demi rintangan selalu saja datang kepada mereka “nu namina calik didaerah batur teu enakeun neng” ucap mereka.
            Beberapa waktu kemudian mereka kembali ke Garut dan kembali menggeluti bakso pada tahun 1986 dengan nama baru yaitu “MULANG SARI”. Tetap dengan menggunakan roda sebagai penompang usaha, mereka berjualan di SMP Cilawu dan mengontrak didaerah sana dengan pembayaran uang kontrakan yaitu Rp.150.000/bulan . Seiring berjalannya waktu, bakso yang mereka jual semakin laku, hal ini menggerakkan Bapak H. Lili untuk membuka dua cabang bakso yaitu tepatnya di Bungo Tanjung dan Kampung Sisir.
            Kesuksesan usaha bakso mereka membuahkan hasil dengan memberikan kesempatan mereka untuk dapat menjalankan kewajiban menunaikan ibadah haji. Usaha bakso sepasang suami istri ini terus mengalami perkembangan dan Bapak H. Lili kembali membuka cabang ketiga didaerah Siliwangi, cabang keempat di IBC. Karena pemintaan pasar yang semakin banyak mereka kembali membuka cabang kelima dan keenam di daerah Kerkhof dan Samarang.
            Kekuatan dari bakso “MULANG SARI” ini adalah cita rasa yang mereka berikan, sepasang suami istri ini membuat bakso dan mie dengan bahan yang mereka buat sendiri, bahan yang mereka gunakan sangat terjamin. Awal mula pembuatan bakso dengan dicincang menggunakan tangan dan sekarang menggunaka mesin. Resep dari bumbu itu sendiri tetap asli dari awal mereka membuka usaha sampai sekarang. Kuah bakso adalah hal yang membedakan mereka dengan kuah bakso lain. Bapa Lili berucap ia hanya menambahkan garam pada kuahnya karena ia berpendapat mecin tidak baik bagi kesehatan. Bagi Bapak Lili resep adalah hal nomor satu dan tidak boleh dikurangi apalagi dihilangkan.
            Pegawai yang membantu berjalannya usaha ini adalah semua saudara dan anak-anak Bapak Lili dan Ibu Mariam tetapi seiring waktu bejalan mereka membuka peluang juga untuk oranglain yang ingin ikut bekerja disana. Karena Bapak Lili berpendapat anak-anaknya harus memiliki usaha yang lain. Sepasang suami istri ini sekarang tidak mengurusi secara langsung usaha mereka tetapi diwakili oleh orang-orang yang mereka percayai dengan alasan mereka sudah cukup tua dan sering cape karena waktu pulang warung bakso ini jam 10 malam. Pegawai yang dimiliki Bapak Lili ini sekarang berjumlah lebih dari 50 orang untuk semua cabang.
            Kesuksesan yang mereka dapatkan tersebut tidak terlepas dari kegigihan mereka dalam terus melawan berbagai rintangan yang mereka hadapi. Cibiran yang mereka dapatkan ketika memulai usaha, gosip formalin yang dulu sempat mereka dapatkan sehingga menurunnya pendapatan yang awalnya Rp.3000.000 menjadi Rp.800.00. Hal itu membuat mereka harus menjual banyak barang-barang yang mereka miliki, menjual sendok pun mereka alami. Tetapi mereka tetap terus berjuang, banyak pelanggan setia yang berkunjung kerumah mereka untuk membeli bakso sehingga membangkitkan kembali semangat mereka. Masalah lain yaitu ketika harus libur karena adanya pergiliran toko yang harus ditutup dan dibuka, semua itu pernah mereka alami.
            Sepasang suami istri ini berkata “nu penting mah urang kudu ulet, rajin, berjuang sing bener,  apik, disiplin waktu, pantang nyerah, tong hilap kudu sopan jeung ramah tamah ka sadaya jalmi sanes pelanggan wae”. “Sadayana hal nu kuurang dilakukeun tergantung balik deui ka niat urang. Mun urang geus niat, taneumkeun, lakukeun, InsyaAlloh hasilna sae” , ucap mereka.
            Sepasang suami istri ini berpesan “Kita harus memiliki tekad untuk mencapai segala sesuatu, jangan pernah malu dalam memulai usaha, jangan pernah pantang menyerah, kerja keras, cerdik, kreatif, dengan niat yang baik dari lahir batin kita, selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu kuat dan melawan setiap rintangan hinaan apapun”. “Uang berapapun, sedikit apapun harus dapat kita gunakan untuk membuat sebuah peluang usaha, karena semua hal berawal dari hal kecil, jangan pernah tergesa-gesa untuk mendapatkan sebuah kesuksesan karena semua itu membutuhkan proses”.

Komentar